Buah Naga
Cara Salim mengebunkan buah naga sungguh tidak lazim: di pot dan hasilnya pun berkualitas tinggi. Suara kendaraan yang melaju di jalan tol Jagorawi terdengar jelas dari kebun itu. Maklum lokasi kebun dan jalan tol hanya dibatasi oleh selapis pagar beton dan jalur hijau. Di balik pagar setinggi 2,5 m itu menghampar 600 tabulampot buah naga yang tengah sarat buah di dua kavling lahan seluas total 3.000 m2. Setiap pot berdiameter 70 cm itu ditanami 3 tanaman anggota keluarga kaktus-kaktusan itu. Sebelum penanaman Salim mengisi pot dengan 5 kg media tanam berupa campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:3:3.Dari setiap tanaman Salim membiarkan 5-6 sulur. Sulur-sulur produktif itulah yang tengah digelayuti buah-buah spektakuler. Sosok buah yang berkulit merah menyala itu besar-besar. Sebanyak 50 kg buah yang dipanen saat Trubus datang pada pertengahan Maret 2012 berbobot rata-rata 350-700 gram per buah. “Walaupun ditanam di pot, produksi buah tetap prima,” kata Salim bangga.
Kecil Top Naga
Dari 600 pot sebanyak 220 pot atau 660 tanaman sudah berproduksi optimal. Setiap musim raya pada November-Februari pemilik bengkel di kawasan Sunter, Jakarta Utara, itu menuai 1 ton buah naga superred Hylocereus costaricensis berkulit merah dan berdaging buah merah setiap bulan. Itu berarti selama 4 bulan musim raya ia mendapatkan 4 ton buah. Sebanyak 50-60% hasil panen masuk kelas super yakni buah berbobot 500-700 gram. Sisanya sebanyak 40% buah masuk ke kelas sedang berbobot 300-400 gram dan kecil yaitu di bawah 200 gram. Untuk kelas paling super berbobot 750 gram per buah masuk ke pasar hotel. Kelas-kelas lain untuk memasok pembeli perorangan dan toko buah.Buah berbobot kurang dari 200 gram per buah misalnya, disukai konsumen langsung teman-teman sekantor sang istri, Nini. “Porsinya pas untuk satu orang dan cara konsumsinya praktis,” kata Nini. Kulit buah tinggal dikupas layaknya hendak mengonsumsi pisang, tidak perlu menggunakan pisau. Harga untuk buah naga kelas super Rp35.000-Rp40.000 per kg. Dari pemasaran itu Salim memperoleh pendapatan total hingga Rp20-juta per bulan.
Tanaman mulai belajar berbuah pada umur 1 tahun setelah tanam. Produksinya baru 3 kg per pot. Pada panen kedua produktivitas melonjak jadi 7 kg per pot per musim raya. Kini setiap pot bisa menghasilkan 20 kg setara 30-40 buah setiap panen raya. Citarasa buah manis dengan kadar gula 100 briks. Pantas masih dalam bentuk bunga pun sudah banyak yang memesan buah naga dari kebun Salim.
Air kolam untuk Buah Naga
Produksi tetap tinggi dan buah berukuran besar meski tanaman tumbuh dalam wadah pot yang terbatas karena Salim rutin menambahkan pupuk kandang. Setiap 6 bulan atau ketika media di pot menyusut 15% Salim menambahkan 2 kg pupuk kandang per pot. Salim tidak memberikan pupuk lain. Hanya saja untuk penyiraman setiap minggu ia mengguyurkan air dari kolam koi seluas 150 m2. Hasil metabolisme ikan di air kolam kaya akan bahan organik yang mendorong pertumbuhan buah naga.Saat bunga mulai bermunculan, Salim sibuk mengawin-ngawinkan benang sari ke kepala putik. Sepekan setelah pentil buah muncul Salim menyeleksi buah di sulur. “Itu untuk mengontrol agar ukuran buah besar,” katanya. Pengalaman Suwarso Pawaka, pekebun buah naga di Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bobot buah naga hasil penyerbukan oleh serangga hanya setengah bobot buah hasil silangan manusia.
Semula Salim menanam buah naga dalam pot sekadar hobi untuk mengisi halaman rumah nan luas. Penanaman dalam pot, “Agar tanaman mudah dipindahkan kalau nantinya di halaman rumah dipakai untuk mendirikan bangunan,” tutur kolektor koi itu. Sebanyak 100 bibit buah naga ditanam dalam 25 pot plastik berdiameter 70 cm. Bibit-bibit itu diikatkan pada tiang penyangga terbuat dari besi setinggi 2 m berdiameter 2 cm. Rupanya tiang terlalu tinggi sehingga pekerja sulit untuk menyampirkan sulur produktif, pun ketika panen. Selain itu umur tanaman siap berbuah menjadi lebih lama karena unsur hara dipakai untuk pertumbuhan sulur terlebih dahulu. Lagipula biayanya mahal: untuk satu pot lengkap dengan dari tiang besi butuh modal Rp350.000.
Buah Naga Mahal
Salim pun mengganti tiang besi dengan pipa polivinil khlorida (PVC) setinggi 1 m yang bagian dalamnya diisi adukan semen. Tiga buah pipa ditempelkan saling berhadapan di sisi pot, kemudian bagian atasnya disatukan oleh besi berbentuk lingkaran. Agar lebih ajek menahan sulur buah naga, bagian tengah pipa dikuatkan dengan kawat satu sama lain. Untuk pot berisi 3 tanaman, Salim cukup mengeluarkan Rp250.000. Kini sebanyak 575 pot menggunakan rancangan itu. Artinya total jenderal, biaya investasi pot dan tiang yang Salim keluarkan senilai Rp152,5-juta. Salim berhitung, biaya investasi itu bakal tertutup pada tahun kedua setelah pohon berbuah.Menurut kepala Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB), Sobir PhD, mengusahakan tanaman buah dalam pot untuk produksi buah secara komersil bisa menjadi tren di daerah perkotaan. “Hanya saja buah yang ditanam sebaiknya yang eksklusif dan memiliki nilai jual tinggi karena mahalnya biaya investasi,” tutur doktor alumnus Okayama University di Jepang itu. Keuntungan bertanam dalam pot, waktu berbuah bisa diatur, perawatan lebih intensif sehingga kualitas buah lebih baik. Di lantai dua dan tiga kediamannya Salim juga menanam buah naga. Buah hoki itu tumbuh di bedeng berupa bak semen. Sulur tanaman sukulen itu dirambatkan pada penyangga menyerupai tangga yang dibaringkan sepanjang 70 cm. Dari sana ia bisa melihat hamparan kebun buah naga dalam pot yang produktivitasnya spektakuler. (Pranawita Karina/Peliput: Bondan Wiryawan dan Tri Istianingsih)
Keterangan Foto :
Salim dan Nini buahkan naga dalam pot untuk skala komersial
Setiap pot menghasilkan 20 kg setara 30-40 buah
Sebanyak 50-60% buah masuk kelas super berbobot 500-700 gram
Lantai 2 dan lantai 3 bangunan juga ditanami buah naga dan sayur
Salim memanfaatkan air kolam ikan yang sarat bahan organik untuk menyiram buah naga