Tabulampot Jambu Air
“Wah, saya nyerah menanam tabulampot jambu air,” keluh Prasetyo Gunawan, hobiis di Pasarminggu, Jakarta Selatan. Tabulampot citra dan king rose apple yang diberi sepupunya 3 tahun silam tumbuh merana. Daun menguning dan mengecil, tanaman pun seperti hidup segan mati tak mau. Padahal, saat pertama kali dikoleksi tabulampot itu dalam kondisi prima. Pohon pendek, kekar, dan sarat buah. “Tanaman sehat menjadi merana karena akar tak dipangkas,” kata Widartono, hobiis jambu air di Kedoya, Jakarta Barat, yang juga sepupu Prasetyo. Bukan hanya Prasetyo yang dipusingkan tabulampot jambu air. Yang lain kerap mengalami hal serupa. “Ketika dibeli tabulampot jambu saya sarat buah. Lama-lama mogok berbuah dan kerdil. Lalu saya disarankan memangkas akar. Persoalannya, saya tak tahu caranya,” tutur Engelina Putri, peserta kursus Membuahkan Tanaman Buah dalam Pot, yang digelar Trubus pada Desember 2005. Menurut Eddy Soesanto, pemilik nurseri Tebuwulung, pangkas akar pada tabulampot jambu air memang mutlak dilakukan. “Perakaran jambu air sifatnya berbeda dengan tanaman lain. Akar mudah tumbuh dan bercabang-cabang,” katanya. Percabangan akar itu memenuhi media sehingga padat. Akibatnya, media sulit dilalui air. Tanaman pun sulit mendapat pasokan hara karena pot dipenuhi akar ketimbang media dan pupuk.Walau begitu, Eddy dan Widartono sepakat, memangkas akar tak sesulit seperti yang dibayangkan banyak orang. “Jambu air itu bandel. Tanaman tak akan mati meski dipangkas berat,” ujar Widartono. Menurut Eddy, saking bandelnya jambu air, tak perlu keahlian khusus untuk memangkas akar. “Mau sembarang potong juga tak masalah. Banyak hobiis langsung saja menambahkan pupuk kandang tanpa menutup luka dengan fungisida. Ternyata tanaman tetap sehat,” tuturnya.